MediaJawa — Suasana khusyuk menyelimuti Gereja Oikumene di Lapas Kelas IIA Banjarmasin saat sejumlah Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang beragama Kristen mengikuti kegiatan pembacaan Alkitab dan doa bersama. Kegiatan rutin ini menjadi salah satu bentuk pembinaan kerohanian yang bertujuan untuk memperdalam iman serta menumbuhkan kesadaran spiritual di kalangan WBP Kristiani.
Kegiatan diawali dengan pujian dan penyembahan melalui lagu-lagu rohani Kristen yang dinyanyikan bersama dengan penuh semangat dan sukacita. Selanjutnya, para WBP membaca ayat-ayat Alkitab yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, dilanjutkan dengan perenungan makna yang terkandung dalam firman Tuhan. Sebagai penutup, para peserta bersama-sama menundukkan kepala dalam doa syafaat, memanjatkan syukur serta memohon perlindungan dan bimbingan dari Tuhan.
Salah satu ayat yang menjadi perenungan dalam kegiatan kali ini adalah Matius 25:35-36, yang menekankan pentingnya menyembah Tuhan melalui pelayanan kepada sesama. Firman ini mengajak umat untuk memahami bahwa pelayanan bukan sekadar membantu di lingkungan gereja, melainkan juga tercermin dalam kepedulian, kasih, dan perhatian terhadap orang-orang di sekitar.
“Pelayanan yang sejati lahir dari hati yang peduli dan penuh kasih. Itu yang kami coba tanamkan melalui renungan hari ini,” jelas Erik Simanjuntak, pembina kerohanian Kristen Lapas Kelas IIA Banjarmasin.
Menurut Erik Simanjuntak, kegiatan pembacaan Alkitab dan doa bersama ini tidak hanya memperkuat hubungan para WBP dengan Tuhan, tetapi juga membangun solidaritas antar sesama warga binaan. Melalui kegiatan rohani ini, para WBP belajar untuk saling mendukung, memberi semangat, dan berbagi harapan.
“Kami berharap melalui kegiatan ini, para WBP dapat menjalani masa pembinaan dengan hati yang lebih tenang dan penuh keyakinan. Iman yang kuat akan menjadi bekal penting saat mereka kembali ke masyarakat nanti,” tambahnya.
Kegiatan kerohanian seperti ini merupakan bagian dari pembinaan kepribadian di Lapas Banjarmasin, yang secara konsisten diberikan kepada semua WBP sesuai dengan keyakinan masing-masing. Dengan pendekatan rohani, diharapkan WBP dapat menjalani proses pemasyarakatan tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara mental dan spiritual.
- Lapas Banjarmasin