Iklan 1060x90

Temukan Ketenangan Batin, Warga Binaan Lapas Banjarmasin Ceritakan Dampak Istiqomah Salat Dhuha

Syifa W.
Kamis, Mei 29, 2025 WIB Last Updated 2025-05-29T00:00:55Z

MediaJawa — Salat Dhuha yang rutin dilaksanakan di Lapas Kelas IIA Banjarmasin dimulai setiap pukul 09.00 WITA. Ibadah sunnah ini kini menjadi kebiasaan positif yang membawa ketenangan batin dan semangat perubahan bagi para warga binaan.

Salat Dhuha sebagai pembuka pintu rejeki, hal ini dirasakan betul oleh Khairul Amri (53 tahun), atau akrab disapa Amri oleh sesama warga binaan lainnya. Ia divonis 6 tahun 3 bulan penjara dan kini telah menjalani masa pidana selama 3 tahun di Lapas Banjarmasin.

Amri mengatakan bahwa selama berada di dalam lapas, dengan istiqomah melaksanakan salat dhuha, ia merasakan perubahan besar dalam dirinya.

"Entah bagaimana caranya, tapi saya merasa Allah selalu cukupkan apa yang saya butuhkan. Walaupun bukan dalam bentuk uang, tapi kecukupan itu nyata terasa. Hati tenang, pikiran jernih," tutur Amri selepas melaksanakan salat dhuha di Masjid Baabud Taqwa, Lapas Banjarmasin.

Bagi Amri, salat dhuha bukan hanya ibadah sunah, melainkan bentuk komunikasi pribadi dengan Sang Pencipta yang membantunya melewati hari-hari dengan lebih sabar dan lapang dada.

"Awalnya saya ikut-ikutan. Tapi setelah dijalani rutin, saya seperti menemukan cahaya dalam diri saya sendiri," ujarnya.

Semakin hari, jumlah warga binaan yang memilih mengisi waktu pagi dengan ibadah semakin bertambah. Didampingi oleh para petugas pembinaan kepribadian, suasana religius kian terasa di lingkungan lapas, terutama menjelang siang hari.

Kepala Lapas Kelas IIA Banjarmasin, Akhmad Herriansyah, menyampaikan bahwa kegiatan pembinaan keagamaan seperti salat dhuha merupakan bagian dari upaya membangun kembali jati diri warga binaan.

"Kegiatan ini adalah bentuk pembinaan mental dan spiritual. Kami ingin mereka tidak hanya sekadar menyelesaikan masa pidana, tapi juga pulang ke masyarakat sebagai pribadi yang lebih baik," ungkap Herriansyah.

Salat dhuha, yang dikenal sebagai salat pembuka rejeki, telah memberi makna baru bagi para penghuni Lapas Banjarmasin. Dalam keterbatasan, mereka tetap berjuang menemukan harapan. Dalam setiap sujud dan doa, mereka merajut ulang masa depan yang sempat terputus.

Saat ditanya mengenai hubungannya dengan keluarga, Amri dengan penuh keyakinan menjawab,
"Hubungan saya dengan keluarga tetap sangat baik. Meski mereka tidak sering menjenguk karena keterbatasan, tapi di momen penting seperti hari raya Idul Fitri, mereka selalu hadir memberikan dukungan dan motivasi agar saya bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi."

Ketika ditanya soal harapan setelah bebas nanti, Amri menundukkan kepala sejenak sebelum menjawab dengan suara lirih namun mantap.
"Saya nggak mau ulangi kesalahan yang dulu. Saya ingin jadi orang yang lebih baik, lebih bermanfaat. Semoga nanti di luar saya bisa dapat pekerjaan yang lebih baik dan halal," ungkapnya dengan penuh harap.

Di balik jeruji besi, Amri membuktikan bahwa keteguhan hati dan keikhlasan beribadah mampu mengubah arah hidup seseorang. Salat dhuha yang ia jalani bukan sekadar rutinitas, melainkan pijakan untuk bangkit, meraih harapan, dan menata masa depan yang lebih cerah. Kisahnya menjadi pengingat bahwa setiap insan, betapapun sulitnya masa lalu, selalu diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan menorehkan perubahan positif dalam hidup.

Dengan doa dan semangat yang terus menyala, Amri meyakini bahwa kebebasan sejati bukan hanya tentang meninggalkan penjara fisik, tapi juga pembebasan jiwa untuk hidup lebih bermakna. Semoga perjalanan istiqomahnya menjadi inspirasi bagi banyak orang, bahwa kebaikan dan perubahan dimulai dari langkah kecil yang konsisten.

- Lapas Banjarmasin 
Komentar

Tampilkan

  • Temukan Ketenangan Batin, Warga Binaan Lapas Banjarmasin Ceritakan Dampak Istiqomah Salat Dhuha
  • 0

Berita Terkini

Iklan