MediaJawa – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika Kelas IIA Karang Intan kembali menebar nilai kepedulian dan kebersamaan melalui kegiatan rutin Jumat Berkah dengan berbagi mie, teh, dan kopi kepada Warga Binaan seusai pelaksanaan Salat Jumat di Masjid At Taubah Lapas Narkotika Karang Intan, Jumat (19/12).
Kegiatan berbagi ini dilaksanakan sebagai bentuk perhatian dan pendekatan humanis jajaran Lapas Narkotika Karang Intan kepada Warga Binaan, sekaligus menumbuhkan rasa kebersamaan dalam suasana religius. Kepala Lapas Narkotika Karang Intan, Yugo Indra Wicaksi, turut hadir dan secara langsung membagikan hidangan sederhana tersebut bersama petugas kepada Warga Binaan.
Pelaksanaan kegiatan berlangsung tertib, aman, dan penuh kehangatan. Usai menunaikan Salat Jumat berjamaah, para Warga Binaan tampak antusias menerima hidangan yang disediakan, sekaligus menikmati momen kebersamaan yang sarat nilai kekeluargaan di lingkungan lapas.
Kalapas Narkotika Karang Intan, Yugo Indra Wicaksi, menyampaikan bahwa kegiatan Jumat Berkah merupakan agenda rutin yang bertujuan memperkuat pembinaan kepribadian dan nilai spiritual Warga Binaan. “Melalui kegiatan sederhana ini, kami ingin menanamkan nilai kepedulian, kebersamaan, dan rasa syukur. Lapas tidak hanya menjadi tempat pembinaan, tetapi juga ruang untuk menumbuhkan sisi kemanusiaan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa keterlibatan langsung pimpinan dan petugas dalam kegiatan berbagi menjadi bagian dari upaya membangun komunikasi yang lebih dekat dan humanis dengan Warga Binaan. Menurutnya, suasana yang kondusif dan penuh empati sangat mendukung keberhasilan program pembinaan pemasyarakatan.
Salah satu Warga Binaan mengaku bersyukur atas kegiatan tersebut. Ia menilai Jumat Berkah menjadi momen yang memberikan semangat dan ketenangan batin. “Kami merasa diperhatikan dan dihargai. Kegiatan seperti ini sangat berarti bagi kami,” ungkapnya.
Melalui kegiatan Jumat Berkah yang dilaksanakan secara berkelanjutan, Lapas Narkotika Karang Intan berkomitmen untuk terus menghadirkan pembinaan yang humanis, religius, dan berorientasi pada pembentukan karakter, sebagai bekal Warga Binaan dalam menjalani proses reintegrasi sosial ke masyarakat.
